• Di akhir pekan yang damai, Fulan memulai paginya dengan menikmati secangkir teh. Bersama gawai di tangannya, ia membuka Instagram untuk melihat sembarang hal yang menarik. Setelah sepekan sibuk bekerja, ia butuh healing.

    Tidak seperti biasanya, ia menjumpai beberapa postingan terkait Palestina. Rupanya, sedang terjadi serangan besar-besaran oleh Israel yang membunuh puluhan ribu warga Gaza.

    Perampasan wilayah Palestina oleh Israel sudah terjadi selama puluhan tahun. Serangan yang baru-baru ini terjadi sangat besar. Banyak mata yang melihatnya. Algoritma Instagram merasa bahwa postingan-postingan itu menarik, sehingga sampai kepadanya pagi itu.

    (lebih…)
  • Sekolah adalah tempat berlangsungnya aktivitas belajar dan mengajar. Saking eratnya sekolah dengan pendidikan, sudah menjadi konsensus bahwa sekolah menjadi parameter utama untuk mengatakan seseorang adalah orang yang terdidik atau tidak.

    Sebagai sebuah institusi formal dalam pendidikan, akan menjadi suatu pemandangan yang aneh apabila guru atau siswa mengenakan kaus oblong dan sandal jepit saat kegiatan belajar-mengajar. Kita memandang demikian karena memang ada peraturan yang melarangnya.

    Sayangnya, keadaan formal sekolah sebagai suatu institusi beserta peraturan-peraturan yang ada di dalamnya, bahkan sesederhana visi dan misi sekolah terkadang malah membuat sekolah menjadi kelewat kaku. Alih-alih menjadi tempat yang nyaman untuk belajar-mengajar, justru sebaliknya.

    (lebih…)
  • Kalau bekerja di bidang desain grafis, ada baiknya kalian selektif memilih klien. Apalagi kalau calon klien adalah teman, kenalan, atau masih ada hubungan keluarga dengan kalian.

    Bisa jadi, kalian hanya dimintai tolong tanpa imbalan finansial. Ya, karena hubungan tersebut, mereka menganggap kalian mau menolongnya tanpa pamrih.

    Kecuali kalian memang ikhlas niat beramal sejak awal, maka beda cerita. Tapi sayangnya, keikhlasan ini bagi sebagian orang bisa jadi legitimasi untuk terbiasa tidak membayar.

    Saat kalian mengerjakan pesanan desain dan hati kecil kalian menuntut apresiasi secara finansial, mungkin sudah saatnya bagi kalian untuk “ikhlas pada tempatnya” dan “secukupnya”…

    Sederhananya, apabila desain itu untuk keperluan komersial, maka sudah selayaknya kalian menerima apresiasi secara finansial terhadap desain yang kalian buat.

  • Sekitar 5 bulan yang lalu, ibu-ibu paruh baya datang ke rumah dan meminta sedekah. Ada 4 orang. Kami beri.

    Sebulan kemudian mereka datang kembali. Kami beri.

    Bulan berikutnya mereka datang kembali. Kami beri.

    (lebih…)
  • Keluarga

    Saya mendengarkan lagu Harta Berharga untuk pertama kali secara utuh melalui film Keluarga Cemara beberapa tahun lalu. Film dan lirik lagu yang apik membuat saya hanyut dalam haru.

    Begitu pula bapak, ketika pulang dari rumah sakit sekitar dua bulan yang lalu. Saat sudah sembuh dari COVID-19, ternyata bapak tidak bisa langsung melanjutkan agenda operasi yang sebelumnya sudah hendak dilakukan.

    (lebih…)
  • Sejak WordPress.com melakukan perubahan harga yang cukup kontroversial, saya jadi sedikit merenung mengapa saya ngeblog.

    Apakah untuk keren-kerenan? Tidak. Apakah kalian melihat sesuatu yang keren dari blog ini? Kalau iya, beri tahu saya ya! Hahaha.

    Lalu, apakah untuk mencari uang? Saya tentu mencari uang, tapi tidak dengan blog ini. Saya ngeblog dalam rangka casual blogging. Cuma untuk bersenang-senang dan bersosial.

    (lebih…)
  • Kepekaan itu perlu dilatih. Hanya akan berkembang apabila ada rasa rendah hati, kemauan, dan usaha. Poin terakhir ini sangat menentukan. Eksekusinya. Alias harus mau repot.

    Di dalam kerepotan-kerepotan itulah kita akan dipertemukan dengan situasi menuntut kepekaan yang lain. Alhasil kepekaan kita akan cepat meningkat.

    Kalau tidak mau repot, agaknya akan susah. Katakanlah, kita merasa ingin membantu orang di jalan yang terlihat kerepotan mendorong motor. Kita berpikir, bannya tidak kempis, mungkin bensinnya habis.

    Kita tidak sedang buru-buru dan ada peluang untuk membantu. Tapi repot putar balik karena sudah terlanjur mendahuluinya. Apakah bisa? Bisa. Tapi repot. Alhasil tidak jadi dan hanya berharap semoga ada orang lain yang membantu.

    Hal semacam ini kalau dibiarkan akan menurunkan kepekaan. Karena kita akan semakin terbiasa menolak apa yang hati kita isyaratkan.

    Padahal hati adalah sumber kepekaan. Ia pemantiknya. Kalau ia sudah terlanjur kaku, semakin mustahil rasanya kita bisa mengembangkan kepekaan kita. Bahayanya, hati yang kaku bisa mendatangkan banyak keburukan.

  • Apel lokal memang paling enak. Apel berwarna semburat merah muda yang manis nan segar itu menemani perbincangan singkat saya dengan ibu petang ini.

    Ibu bercerita kalau kemarin beliau berbincang ringan dengan rekan-rekan kerjanya. Sebagai guru, ibu dan rekan-rekannya berbincang seputar siswa dan tugas-tugas di sekolah.

    Dalam perbincangan itu, salah satu rekan kerja ibu yang paling akrab dengan ibu, entah dengan sengaja atau tidak, apakah kelepasan atau bukan, mengeluarkan kalimat yang menggores hati ibu.

    (lebih…)
  • Menjelajahi internet di jam istirahat siang ini menghantarkan saya ke sebuah tulisan di media Al Jazeera.

    Seorang jurnalis dari Palestina, Mohammed Rafik Mhawesh memaparkan pandangannya mengenai bagaimana dunia memiliki respons berbeda terhadap perang yang terjadi di Ukraina dan Palestina.

    (lebih…)
  • Terinfeksi Virus COVID-19

    Bapak saya sakit dan sejak 2 pekan lalu beliau dirawat di rumah sakit. Dalam 4 hari saya menunggui bapak di rumah sakit, saya terinfeksi virus COVID-19 bersama ibu saya yang juga menunggui bapak.

    (lebih…)