
Menjelajahi internet di jam istirahat siang ini menghantarkan saya ke sebuah tulisan di media Al Jazeera.
Seorang jurnalis dari Palestina, Mohammed Rafik Mhawesh memaparkan pandangannya mengenai bagaimana dunia memiliki respons berbeda terhadap perang yang terjadi di Ukraina dan Palestina.
Ia memaparkan bagaimana dunia begitu sigap merespons dan memasang badan untuk Ukraina sejak pertama kali tentara Rusia mendarat di Ukraina untuk melakukan okupasi.
Lebih lanjut ia menyoroti berbagai dukungan dari politisi-politisi yang menyeru kepada semua orang untuk bersama-sama mengutuk Rusia atas agresi yang dilakukannya kepada Ukraina.
Salah satu politisi yang menyerukan dukungan kepada Ukraina, lanjutnya, adalah Menlu Israel. Sang Menlu menyatakan bahwa tindakan Rusia adalah pelanggaran serius atas tatanan internasional. Israel disebut siap menawarkan bantuan kemanusiaan kepada Ukraina. Selain itu, Menlu Israel menyatakan bahwa perang bukanlah solusi untuk menyelesaikan konflik.
Mohammed melanjutkan, bagi rakyat Palestina, pernyataan Menlu Israel tersebut merupakan tamparan di wajah, mempertontonkan kemunafikan secara terang-terangan.
Di jalanan Tel Aviv, disebut ribuan orang Israel melakukan long march sambil membawa bendera Ukraina dan menyerukan pembebasan untuk Ukraina.
Sementara itu banyak orang Israel tidak pernah turun ke jalanan dan menyerukan hal yang sama untuk Palestina. Bahkan, ketika warga Palestina menyerukan pembebasan Palestina di Israel, justru berhadapan dengan kebrutalan polisi, atau lebih buruk.
Ia melanjutkan, guncangan yang dialami oleh rakyat Palestina tidak semata-mata hanya disebabkan oleh kemunafikan rakyat dan pejabat Israel. Namun juga disebabkan oleh kemunafikan komunitas global pada umumnya sejak peristiwa invasi di Ukraina.
Garis besarnya, agar tulisan ini tidak terlalu panjang, Mohammed menegaskan, “Kami melawan penindas kami, dan kami mendapatkan cap teroris. Rakyat Ukraina melakukan hal yang sama, dan mereka mendapatkan tepuk tangan atas keberanian mereka.”
Saya merasakan hal ini dan tulisan Mohammed sangat mewakili isi hati saya. Agar utuh, silakan baca tulisan aslinya di Al Jazeera, “What the war in Ukraine taught us, Palestinians”. Untuk berjaga-jaga barangkali tulisan tersebut dihapus, kalian juga dapat mengaksesnya di Archive.org.
Mari kita panjatkan doa terbaik agar seluruh konflik dan peperangan yang ada di dunia ini segera berakhir sehingga tercapai kedamaian semesta yang paripurna.